EFISIENSI PENGGUNAAN AIR PADA TANAMAN MELON DI INCEPTISOL LAHAN KERING PRINGGABAYA LOMBOK TIMUR

Efisiensi Penggunaan Air Pada Tanaman Melon

di Inceptisol Lahan Kering Pringgabaya Lombok Timur

Hasa Rafiah1, Padusung2 dan R.S. Tejowulan2

1 Alumni Fakultas Pertanian Universitas Mataram NTB

2 Staff Pengajar Jurusan Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Uiversitas Mataram NTB

ABSTRAK

Penelitian berjudul Efisiensi Penggunaan Air Pada Tanaman Melon di Inceptisol Lahan Kering Pringgabaya Lombok Timur telah dilakukan di Dusun Sasak Desa Labuhan Lombok Kecamatan Pringgabaya Lombok Timur pada musim kering tahun 2003. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh jumlah pemberian air terhadap tingkat efisiensi penggunaan air oleh tanaman melon yang ditanam di lahan kering Pringgabaya Lombok Timur pada tanah inceptisol. Penelitian dilaksanakan dengan melakukan percobaan lapangan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (Randomized Block Design) melalui penerapan 3 perlakuan pengairan irigasi sumur pompa sebagai berikut: (1) pemberian air irigasi sebanyak 14,27 cm tebal air (A1), (2) 7,14 cm (A2), dan (3) 3,52 cm (A3), yang diulang 3 kali. Data hasil pengamatan dianalisis menggunakan analisis keragaman (Analysis of Variance) pada taraf nyata 5% dan uji lanjut menggunakan uji beda nyata (BNJ) pada taraf nyata 5%.Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa jumlah pemberian air berpengaruh terhadap efisiensi penggunaan air (EPA) oleh tanaman melon. EPA tertinggi diperoleh pada perlakuan pemberian air A3 (3,52 cm), yaitu sebesar 0,124 kg/m3air/ha, disusul oleh perlakuan A1 (14,27 cm) sebesar 0,118 kg/m3/ha, dan perlakuan A2 (7,14 cm) sebesar 0,105 kg/m3/ha. Pengaruh pemberian air tersebut terefleksikan pada pertumbuhan yang lebih baik pada parameter vegetatif tanaman, baik berupa panjang tanaman maupun berat berangkasan basah dan kering tanaman.

PENDAHULUAN

Lahan kering di Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) mempunyai potensi yang cukup besar untuk dikembangkan. Walaupun potensi lahan kering cukup besar, tetapi lahan kering umumnya mempunyai agro-ekosistem yang rapuh, tertinggal dan kurang berkembang serta kurang mendapat perhatian pemerintah dibandingkan dengan lahan sawah.

Kendala utama pertanian lahan kering yang paling mendasar adalah permasalahan ketersediaan air yang sangat terbatas. Air bagi tanaman merupakan sumber daya yang penting karena hampir semua proses fisika, kimia dan biologi di dalam tanah dan proses fisiologis tanaman tidak akan dapat berlangsung secara optimal tanpa ketersediaan air yang cukup. (Scholes, dkk,1994).

Menyadari pentingnya penyediaan air bagi lahan kering, Pemerintah melalui Badan Pelaksanaan Proyek Pengembangan Air Tanah (BP P2AT) Propinsi NTB telah melaksanakan pengembangan irigasi sumur pompa. Dengan adanya irigasi sumur pompa membuat petani cenderung menggunakan air secara berlebihan melalui penerapan teknik penggenangan penggunaan air semacam ini selain tidak efisien juga tidak ekonomis. Selain faktor tanah, faktor tanaman juga menjadi salah satu faktor penentu tingkat efisiensi penggunaan air. Tanaman yang cocok untuk dikembangkan di lahan kering yaitu tanaman yang tidak memerlukan banyak air serta bernilai ekonomis tinggi, seperti tanaman melon.

Banyak teknik yang telah dikembangkan untuk menaksir jumlah air yang dibutuhkan tanaman. Rahardjo, dkk (1992), Morris., dkk (1990) menetapkan total penggunaan air sebagai jumlah air curah hujan ditambah jumlah lengas yang disimpan dalam jeluk tanah, sedangkan Gilley dan Jansen (1983) dalam Rahardjo, dkk, (1992) menggunakan hasil produksi tanaman (kg/petak) dibagi dengan ETa selama musim tanam (mm/petak).

Penelitian tentang Efisiensi penggunan air pada tanaman melon di lahan kering Inceptisol Pringgabaya Lombok Timur, yang merupakan salah satu bagian dari Penelitian Terpadu Pembangunan Lahan Kering di Kabupaten Lombok Timur, bertujuan untuk mengetahui pengaruh jumlah pemberian air terhadap tingkat efisiensi penggunaan air pada tanaman melon di Inceptisol lahan kering Pringgabaya Lombok Timur.

METODE PENELITIAN

Metode dan Rancangan Percobaan

Penelitian dilakukan di lahan milik kelompok tani Dusun Sasak Desa Labuan Lombok Kecamatan Pringgabaya Kabupaten Lombok Timur dari bulan Oktober 2003 hingga Januari 2004.

Penelitain ini menggunakan metode Eksperimental, dengan rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok  (Randomized Block Design), yang terdiri dari 3 perlakuan pengairan air irigasi sumur pompa, yaitu sebagai berikut :

A1  =  Penyiraman dengan pemberian air 14,27 cm per minggu (cara yang sering dipraktekkan oleh petani P2AT di Pringgabaya).

A2  =  Penyiraman dengan pemberian air 7,14 cm per minggu (setengah dari jumlah air irigasi yang dipraktekkan petani).

A3  = Penyiraman dengan pemberian air 3.52 cm per minggu (seper empat dari jumlah air irigasi yang dipraktekkan petani, dengan menggunakan gembor sebagai alat penyiraman)

Masing-masing perlakuan di ulang 3 kali sehingga diperoleh 9 petak percobaan.

Data hasil pengamatan di analisis menggunakan analisis keragaman (analisis of variance) pada taraf nyata 5% dan jika ada beda nyata parameter yang diteliti dilakukan uji lanjut menggunakan uji beda nyata (BNJ) pada taraf nyata 5%.

Pelaksanaan penelitian

Pengolahan tanah dilakukan seminggu sebelum tanam dengan membajak tanah sebanyak 2 kali kemudian digaru 1 kali dan diratakan. Lahan tempat percobaan dibagi menjadi 3 blok, dan setiap blok terdapat 3 plot percobaan dengan ukuran 5 x 5 m. Setiap plot dibuat bedengan dengan ukuran 1 x  4 m, tinggi 40 cm, dan jarak antar bedengan 70 cm. Antar plot dibatasi pematang dengan lebar 1 m.

Penanaman dilakukan pada saat bibit berumur 15 hari. Pengairan dilakukan dengan cara mengalirkan air dari satu arah kepetak-petak percobaan pada perlakuan 1 dan 2 sesuai dengan perlakuan dan untuk perlakuan 3 (3,52 cm) diberikan dengan penyiraman menggunakan gembor.

Pemupukan diberikan sebanyak 4 kali, pupuk pertama sebagai pupuk dasar dan pupuk susulan 1(umur 10 hst), susulan 2( umur 24 hst), dan susulan 3 (umur 38 hst) mengunakan pupuk Urea dengan dosisi 30 gr/tanaman, pupuk TSP dengan dosis 37,5 gr/tanaman, dan pupuk KCl dengan dosis 47,5 gr/tanaman.

Pemeliharaan tanaman meliputi kegiatan: pemasangan ajir, penyulaman, pemangkasan, dan pengendalian hama penyakit menggunakan insektisida Curacron 500 EC untuk membasmi hama oteng-oteng dengan konsentrasi 1 ml/liter air.

Tanaman melon dapat dipanen pada umur 75-100 hari setelah pindah tanam, dengan ciri-ciri beraroma harum, tangkai buah retak, struktur jala sudah penuh dan sempurna.

Parameter dan Cara Pengukuran

Parameter yang diamati dan diukur meliputi parameter tanah, tanaman,  dan iklim.

Perhitungan Efisiensi Penggunaan Air.

Dihitung menggunakan rumus yang diperkenalkan oleh Gilley dan Jansen (1983) dalam Rahardjo, dkk (1992) :

Hasil Tanaman (Kg/Petak)

EPA =

ETa Selama Musim Tanam(m3/Petak)

dimana, ETa adalah evapotraspirasi aktual. Besarnya ETa pada masing-masing petak ditetapkan dengan menggunakan pendekatan Caoli (Raharjo et al, 1992) :

ETa  =   ( d – awal  +  CH) – d- akhir

dimana :

ETa      = evapotranspirasi aktual

d-awal  = tebal air pada zona akar sebelum mengalami evapotraspirasi

d-akhir = tebal air pada zona akar setelah mengalami evapotraspirasi

CH       = curah hujan

Tebal air (d-awal dan d-akhir) didekati dengan rumus berikut :

d = kl x BV x D

dimana  :  d    = tebal air dalam zona perakaran (mm)

kl    = kadar lengas tanah pada zona perakaran (%)

BV   = berat volume tanah (gram/cm3)

D    = kedalaman zona perakaran (mm)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Keadaan umum daerah penelitian

Keadaan tanah di Pringgabaya

Pringgabaya merupakan wilayah lahan kering yang tersusun atas berbagai ordo tanah seperti Entisol, Alfisol, Vertisol, dan Inceptisol (Sukartono, dkk 2003). Tanah-tanah tersebut berasosiasi antara satu dengan yang lainnya membentuk hamparan tanah yang komplek (sulit dipetakan). Secara lengkap sifat-sifat Inceptisol dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Data sifat fisik tanah yang digunakan dalam Penelitian ini.

No.

Parameter

Hasil Analisis

Satuan

Keterangan

1

2

3

4

5

6

BV

BJ

Porositas

Permeabilitas

Lengas Tanah

KL

TLP

Tekstur Tanah

Lempung (clay)

Debu (silt)

Pasir (sand)

1.08

2.08

48.18

10.78

23.8

14.0

7.8

24.2

68

gr/cm3

gr/cm3

%

cm/jam

% g/g

% g/g

%

%

%

Relatif cepat

Lempung

Berpasir

(sandy loam)

Tabel 1 menunjukkan bahwa tanah yang digunakan dalam penelitian ini mempunyai kandungan pasir cukup tinggi (68%) diikuti oleh debu (24,2%), dan lempung (7,8%). Berdasarkan segitiga tekstur USDA (United States Department of Agriculture), tanah ini tergolong dalam tekstur lempung berpasir (sandy loam) dengan kadar lengas kapasitas lapang sebesar 23,8 % dan titik layu permanen 14,0 %. Hasil analisis berat jenis (BJ) tanah menunjukkan angka sebesar 2.08 gr/cm3, dan berat volume (BV) tanah sebesar 1.08 gr/cm3. Dari data BJ dan BV tanah tersebut didapatkan nilai porositas tanah sebesar 48.18%. Porositas total sebesar 48.18% menunjukkan bahwa tanah tersebut memiliki ruang pori mikro lebih sedikit dibandigkan dengan pori makro sehingga kapasitas memegang air relatif rendah.

Keadaan iklim

Berdasarkan pembagian tipe iklim menurut klasifikasi Oldeman (1980), wilayah ini termasuk dalam katagori tipe iklim E4, yaitu daerah yang memiliki bulan basah 2-3 bulan dan bulan kering >6 bulan. Secara lengkap keadaan iklim tahun 2003 dan periode tahun 1997-2001 (khususnya data curah hujan) secara berturut-turut disajikan pada Tabel 2 dan Gambar 1.


Tabel 2. Data Iklim Pringgabaya tahun 2003.

Bulan

Kelembaban%

Temperatur Rata-rata Bulanan

°C

Curah Hujan mm/bln

Evaporasi Panci mm/hari

Kecepatan Angin Km/hari

Sinar Matahari %

Januari

Februari

Maret

April

Mei

Juni

Juli

Agustus

September

Oktober

November

Desember

64.4

69.8

69.0

71.6

71.0

69.0

69.0

69.0

77.3

70.9

68.9

69.3

25.1

23.8

26.1

25.6

25.7

25.9

25.9

25.9

25.8

25.8

25.5

25.1

189

361

116

129

48

0

0

0

0

0

38

135

2.7

4.2

5.7

6.3

6.4

7.3

7.9

8.3

7.8

8.3

6.4

5.7

174

217

209

242

175

206

243

206

325

282

218

214

32

35

59

75

72

54

80

87

78

78

67

40

Keterangan : Data Iklim diambil di Pos Iklim Sambelia Lombok Timur.

Gambar 1. Distribusi Curah Hujan di Pringgabaya Selama Periode 1997- 2001

Dari data curah hujan periode tahun 1997-2001 (Gambar 1) terlihat bahwa curah hujan di daerah Pringgabaya sangat bervariasi, musim hujan berlangsung selama 3 bulan, dari bulan Januari hingga Maret, yang diikuti oleh bulan kering dari bulan April hingga bulan Oktober. Distribusi curah hujan tahun 2003 (Tabel 2) memiliki pola yang sama dengan curah hujan priode tahun 1997-2001, dimana musim hujan terjadi pada bulan Januari, Februari hingga Maret.

Berdasarkan data iklim tahun 2003, tercatat bahwa temperatur rata-rata tahunan di Pringgabaya adalah sebesar 26.1oC, dengan temperatur maksimum 31oC dan minimum 17oC. Kelembaban udara rata-rata di daerah ini adalah sebesar 77 % dengan kecepatan angin berkisar antara 174.4 km/hari – 324.7 km/hari serta rata-rata penyinaran matahari sebesar 87% pada musim kemarau dan 32% pada musim hujan (Balai Hidrologi, 2003).

Evapotranspirasi Potensial (ETo)

Untuk mengetahui secara kuantitatif jumlah kebutuhan air di daerah Pringgabaya maka dapat dilakukan pendekatan teoritis, dengan menggunakan perhitungan prediksi evapotranspirasi.

Tabel 3. Hasil Prediksi Evapotranspirasi Potensial (ETo) dan Evapotranspirasi Aktual (ETa) Tanaman Melon.

Bulan

Kp

Epan mm/hari

ETo mm/hari

Kc Veg

Kc Gen

Etc Veg mm/hari

ETc Gen mm/hari

Januari

Februari

Maret

April

Mei

Juni

Juli

Agustus

September

Oktober

November

Desember

0.70

0.65

0.65

0.70

0.80

0.65

0.65

0.65

0.70

0.70

0.65

0.65

2.7

4.2

5.7

6.3

6.4

7.3

7.9

8.3

7.8

8.3

6.4

5.7

1.89

2.73

3.71

4.41

5.12

4.75

5.14

5.34

5.46

5.81

4.16

3.71

0.95

0.95

0.95

0.95

0.95

0.95

0.95

0.95

0.95

0.95

0.95

0.95

0.65

0.65

0.65

0.65

0.65

0.65

0.65

0.65

0.65

0.65

0.65

0.65

1.79

2.59

3.51

4.18

4.86

4.50

4.87

5.12

5.18

5.51

3.95

3.51

1.22

1.77

2.40

2.86

3.32

3.08

3.33

3.50

3.54

2.77

2.70

2.40

Perhitungan Berdasarkan Dorenboass et. al. (1977) : ETo = Kp x E pan; ETc = Kc x ETo

Dari Tabel 3 tersebut diketahui bahwa nilai evapotranspirasi potensial (ETo), berkisar antara 1,89 mm/hari – 5,81 mm/hari, sedangkan nilai evapotranspirasi aktual (ETa) berdasarkan hasil perhitungan berkisar antara 1,79 – 5,51 mm/hari untuk ETc vegetatif, dan 1,22 – 3,77 mm/hari untuk ETc generatif untuk tanamam melon.

Pengaruh Jumlah Pemberian Air Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Melon.

Panjang Tanaman

Perlakuan pemberian air yang berbeda-beda berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan panjang tanaman (Tabel 4 dan Gambar 2).

Tabel 4. Purata dan Hasil Uji Lanjut Pengamatan Panjang Tanaman.

Perlakuan

Waktu Pengamatan

7 hst

14 hst

21 hst

35 hst

A1

38.5b

84.0a

129.6a

158.3b

A2

32.6a

79.4a

120.8a

146.3a

A3

36.0b

82.9a

126.2a

153.3b

BNJ 5%

3.05

6.87

Keterangan :    Angka yang dikuti oleh huruf yang sama pada tiap kolomnya tidak berbeda nyata berdasarkan uji BNJ 5%, hst = hari setelah tanam.

Gambar 2.  Tinggi/Panjang Tanaman Melon

Dari data pada Gambar 2 terlihat bahwa panjang tanaman semakin meningkat dengan meningkatnya umur tanaman. Pada semua perlakuan peningkatan panjang tanaman mencapai titik maksimal pada saat tanaman berumur 35 hari setelah tanam. Pada umur ini tanaman melon mencapai pertumbuhan fase vegetatif maksimum.

Berat Berangkasan Basah dan Kering

Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa perlakuan pemberian air tidak berbeda nyata terhadap hasil berat berangkasan basah dan kering tanaman melon (Tabel 5).

Tabel 5. Purata dan Hasil Uji Lanjut Pengamatan Berat Berangkasan Basah dan Kering Tanaman Melon (gram).

Perlakuan

Berangkasan Basah (gram)

Berangkasan Kering (gram)

A1

286

40.8

A2

250

36.9

A3

274

41.6

Dari Tabel 5 tersebut diketahui bahwa perlakuan pemberian air A1 menghasilkan berat berangkasan basah tertinggi (286 gram), dibandingkan perlakuan A3 (274 gram) dan perlakuan A2 (250 gram).  Pada data berat berangkasan kering A3 menghasilkan berat berangkasan kering tertinggi (41.6 gram), diikuti oleh perlakuan A1 (40.8 gram), dan A2 (36.9 gram).

Evapotranspirasi Aktual (ETa) Tanaman Melon.

Hasil perhitungan evapotranspirasi aktual di lapangan ditunjukkan pada Tabel 6.

Tabel 6. Perhitungan ETa Selama Musim Tanam Melon

PLK

MG 1

MG2

MG3

MG4

MG5

MG6

MG7

Total

AI.1

AI.2

AI.3

A2.1

A2.2

A2.3

A3.1

A3.2

A3.3

52.03

53.30

57.76

53.76

53.22

57.00

53.74

55.27

55.06

42.16

50.56

43.46

38.92

41.48

42.40

44.78

41.03

40.81

45.99

49.08

35.63

49.67

46.51

43.16

41.11

43.27

44.21

39.88

39.55

46.55

41.96

32.75

36.15

36.75

34.15

36.93

52.84

52.30

61.97

59.96

58.00

53.33

51.52

58.00

52.73

48.08

45.52

39.71

42.76

45.84

50.32

44.06

37.01

47.43

66.29

53.06

60.48

56.86

53.51

63.94

64.05

67.91

65.72

347.27

343.37

345.56

343.89

341.31

346.30

336.01

336.64

342.89

Dari Tabel 6 di atas tersebut terlihat bahwa hasil perhitungan ETa di lapangan selama musim tanam berkisar antara 347 mm/hari sampai 336 mm/hari. Sementara perbandingan nilai Evapotranspirasi hasil perhitungan di lapangan dan hasil prediksi, disajikan pada Tabel 7.

Tabel 7.   Perbandingan Evapotranspirasi Aktual Hasil prediksi dengan Evapotranspirasi Aktual Hasil Perhitungan Langsung di Lapangan.

Bulan

ETa Berdasarkan Prediksi Data Iklim (mm/hari)

ETa

Perhitungan Langsung (mm/hari)

ETc Vegetatif (mm/hari)

ETc Generatif (mm/hari)

Oktober

5.51

2.77

2.27

November

3.95

2.70

1.88

Desember

3.51

2.40

1.69

Pada Tabel 7 tersebut terlihat nilai ETc Vegetatif selama musim tanam berkisar antara 5.51 mm/hari pada bulan Oktober dan 3.51 mm/hari pada bulan Desember, sementara ETc Generatif memiliki nilai yang lebih rendah 2.77 mm/hari pada bulan Oktober dan 2.40 mm/hari pada bulan Desember. Hasil produksi cenderung lebih tinggi dari pada perhitungan lapangan.

Efesiensi Penggunaan Air (EPA) Oleh Tanaman Melon

Pengaruh jumlah pemberian air  terhadap efisiensi penggunaan air irigasi sumur pompa dan hasil tanaman melon disajikan Gambar 3.

Gambar 3. Pengaruh Jumlah Pemberian Air Terhadap Efisiensi Penggunaan Air Oleh Tanaman Melon

Pada Tabel 8 dan Gambar 3 tersebut terlihat bahwa jumlah pemberian air berpengaruh terhadap efisiensi penggunaan air oleh tanaman melon. Efisiensi tertinggi diperoleh pada perlakuan A3 yaitu sebesar (0.124kg/m3 air) dan A1 (0.118 kg/m3 air), dan A2 (0.105 kg/m3 air).

Tingginya efisiensi penggunaan air (EPA) pada perlakuan A3 menunjukkan bahwa pemberian air 3,52 cm ini merupakan jumlah air yang sudah cukup memadai untuk menghasilkan produksi melon yang baik, sehingga pemberian air 14,27 cm dan 7,14 cm merupakan pemborosan penggunaan air di daerah penelitian ini, khususnya untuk tanaman melon.

Pengaruh pemberian air terhadap lengas tanah

Berdasarkan hasil pengamatan kadar lengas tanah selama musim tanam, terlihat bahwa kadar lengas cukup berfluktuasi berbeda-beda antar perlakuan (Gambar 4).

Gambar 4. Fluktuasi Lengas Tanah 15-71 Hari Setelah Tanam.

Dari Gambar 4 tersebut juga tampak bahwa perlakuan pemberian air 14.27 cm (perlakuan A1) memberikan peningkatan kadar lengas di dalam tanah tertinggi dibandingkan perlakuan A2 (7.14 cm) dan A3 (3.52 cm).

Hasil uji lanjut data pengamatan kadar lengas mingguan disajikan pada Tabel 9.

Tabel 9. Purata dan hasil uji lanjut pengamatan kadar lengas 15-71 hst.

PLK

Kadar Lengas (Hari Setelah Tanam)

15

22

29

36

43

50

64

71

A1

21.67c

21.59c

17.62a

21.00b

20.86a

20.53a

22.57a

22.94a

A2

18.98b

19.02b

16.57a

18.59a

20.08a

19.37a

20.66a

20.54a

A3

16.62a

16.67a

13.78a

16.70a

19.00a

19.29a

20.54a

20.10a

BNJ5%

2.01

1.39

0.39

Keterangan : angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada setiap kolom berbeda nyata berdasarkan uji BNJ 5%.

Dari Tabel 9 tersebut tampak bahwa adanya perbedaan nyata antara perlakuan A1, A2, dan A3, terutama pada perlakuan pemberian air pada umur 15-36 hst. Sementara itu pada pemberian air pada umur 43-71 hst tidak dijumpai adanya perbedaan nyata diantara perlakuan pemberian air. Hal ini menunjukkan bahwa cadangan air di dalam tanah pada 15-36 hst (untuk masing-masing perlakuan) berbeda-beda jumlahnya sehingga menyebabkan perbedaan kemampuan tanah untuk mensuport kebutuhan air bagi pertumbuhan tanaman.  Tidak adanya perbedaan diantara perlakuan pemberian air pada umur 43-71 hst mengindikasikan bahwa cadangan air dalam tanah pada masing-masing perlakuan cukup memadai untuk mensuport kebutuhan melon. Selanjutnya, pada umur 43-71 hst tanaman melon sudah memasuki fase pertumbuhan generatif, yang relatif membutuhkan air yang lebih kecil dibandingkan kebutuhan air pada fase vegetatif.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

  1. Perlakuan pemberian air A1 (14.27 cm), A2 (7.14 cm), dan A3 (3.52 cm) berpengaruh terhadap pertumbuhan panjang tanaman melon A1 (158.3 cm), A2 (146.3 cm), dan (153.3 cm).
  2. Perlakuan  pemberian air A1 (14.27 cm), A2 (7.14cm), dan A3 (3.52 cm) tidak berpengaruh terhadap parameter bobot berangkasan basah dan kering tanaman
  3. Dari hasil perhitungan nilai ETa untuk tanaman melon di daerah penelitian, lebih tepat didekati melalui perhitungan ETc generatifnya.
  4. Pemberian air A1(14.27 cm), A2(7.14 cm), dan A3 (3.52 cm) berpengaruh nyata terhadap efisiensi penggunaan air irigasi sumur pompa. Hasil perhitungan EPA, nilai tertinggi diperoleh pada perlakuan pemberian air A3 (3.52 cm) yaitu sebesar 0.124 kg/m3air, diikuti oleh A1 (14.27cm) sebesar 0.118 kg/m3air, dan A2 (7.14 cm) sebesar 0.105 kg/m3air. Berdasarkan hasil tersebut pemberian air 14.27 cm dan 7.14 cm merupakan pemborosan air untuk tanaman melon di daerah penelitian.
  5. Perlakuan pemberian air A1 (14.27 cm), A2 (7.14 cm), dan A3 (3.52 cm) meningkatkan cadangan atau ketersediaan lengas tanah dan dalam solum tanah.

Saran

  1. Berdasarkan hasil perhitungan EPA perlakuan A3 memberikan nilai efisiensi penggunaan air tertinggi untuk tanaman melon. Dengan hasil tersebut  diharapkan perlakuan pemberian air 3.52 cm (A3) dapat diterapkan dan diperaktekkan dalam usaha budidaya melon di daerah penelitian.
  2. Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui pengaruh perlakuan pemberian air A1, A2, dan A3 terhadap hasil akhir tanaman melon berupa produksi buah.


DAFTAR PUSTAKA

Balai Hidrologi. 2003. Data Iklim Daerah Pringgabaya, Lombok Timur.

Fakultas Pertanian  UNRAM dan BP P2AT. 1991. Sosio Agronomi di Daerah Pengembangan Air Tanah di Pulau Lombok Provinsi NTB. BP P2AT dan Fakultas Pertanian UNRAM, Matarm.

Gilley. J. R dan Jansen, M. 1983. Irrigation Management Contribution to Agriculture Productivity dalam Water Recsource Reseach Problm and Potensial For Agriculture and Boul Community (Napier, T. L., scott, D., Ewster, K. W  and Supala, Reads). Soil Conservation Society of Amerika. New York.

Morris, R.A.,  A. A. Villegas, AQ,  Poltonee, dan H. S. Centeno. 1990. Water Use by Monocropped and Intercropped Cocopea and Sorghum Grown After Rice. Agrun.

Oldeman, L. R. ,  Irsal, and Muladi. 1980. The Agro Climatic Map of Kalimantan, Maluku, Irian Jaya, Bali, West Nusa Tenggara and Central East Nusa Tenggara Contribution. Central Research Institute For Agricultur, Bogor.

Rahardjo, C,S, Yasin l., Mahrup, Sukartono dan Sutriono, R.1992.  Efisiensi Penggunaan Air pada Tumpang Sari Jagung Kedelai di Tanah Entisol Lombok. Laporan Hasil Penelitian Fakultas Pertanian Universitas Mataram. Mataram.

Scholes, R. J, R. Dalal,S. , Singer. 1994. Soil Physic and Fertility. The Effect of Water, Temperature and Texture. The Biological Management of Tropical Soil Fertility.

Sukartono., Soemenaboedhy., dan Lolita. 2003. Efisiensi Pemanfaatan Lengas Tanah Paska Musim Hujan Untuk Tanaman Bawang Merah (allium ascolonicum, L) di Pulau Lombok. Laporan Penelitian Fakultas Pertanian. UNRAM. Mataram.

Komentar ditutup.